PERNAHKAH Anda menemui orang yang berpuasa Ramadan, tapi malah bertambah gemuk atau badan lemas seharian? Bisa jadi itu terjadi karena pola makan yang salah .
Saat berpuasa, apalagi puasa sebulan penuh pada bulan Ramadan, asupan makanan dan minuman ke dalam tubuh umumnya berkurang. Tak heran mereka yang menjalani puasa rata-rata akan mengalami penyusutan berat badan, kendati tidak terlalu signifikan. Itulah sebabnya, bagi yang tengah susah-payah menurunkan berat badan, bulan Ramadan menjadi momen tepat untuk mengatur dan memperbaiki pola makan. Inilah salah satu keistimewaan berpuasa.
Lantas, mengapa ada orang berpuasa yang justru terus menggemuk dari hari ke hari? Jika terjadi demikian, segera berkaca, kemungkinan ada kesalahan dalam jenis dan pola makan yang dijalani selama puasa. Meski puasa Ramadan sudah berjalan dua minggu, tidak ada salahnya mengubah dan memperbaikinya sekarang.
Saat berpuasa, pola dan waktu makan berubah. Kebiasaan pun umumnya ikut berubah. Kepala UGD RSIA Muhammadiyah Jakarta Selatan dr Ahmad Jalaludin mengungkapkan, pada bulan puasa biasanya muncul kebiasaan-kebiasaan baru. Misalnya produktivitas kerja menurun dengan alasan badan lemas karena kurang makan, kebiasaan makan sahur yang banyak, makan berlebihan saat berbuka, kurangnya konsumsi buah dan sayur, atau tidur seharian tanpa berolahraga. Tanpa disadari hal itu justru menyebabkan peningkatan berat badan dan kondisi tubuh menjadi kurang fit sehingga mengurangi manfaat puasa bagi kesehatan. "Makanya ada orang yang puasa, tapi kok malah tambah gemuk," ujarnya. Kendati tidak makan dan minum pada siang hari, Ahmad menegaskan bahwa asupan kalori, karbohidrat, dan zat gizi lainnya harus tetap sama seperti saat tidak berpuasa.
Mengingat aktivitas makan dan minum hanya bisa dilakukan pada malam dan dini hari, tentunya perlu pengaturan ulang pola makan dan minum. Nah, pengaturan ini dimulai saat sahur. Bagi yang belum terbiasa, mungkin berat rasanya memaksakan diri bangun tidur dan makan saat dini hari. Jangan malas dan anggap sepele karena makan sahur berperan penting sebagai sumber energi selama puasa seharian.
"Sahur dianjurkan pada akhir waktu. Di samping bergizi, makanan yang dikonsumsi hendaknya kaya serat, yakni sayur dan buah untuk kesehatan saluran pencernaan. Jangan terlalu banyak makan lemak saat sahur karena cenderung membuat badan lemas," kata dokter yang juga aktif sebagai edukator diabetes.
Pernyataan tersebut juga dikatakan spesialis gizi klinik dari Melinda Hospital Bandung, dr Johanes C MND SpGK.Ia mengungkapkan, jika langsung tidur segera setelah makan, terdapat risiko terjadinya muntah atau aliran balik makanan yang dapat masuk ke dalam paru-paru karena makanan masih berada dalam proses pengolahan di lambung.
Untuk itu, berilah jeda sebelum Anda memutuskan tidur kembali. "Soal berapa lama jedanya, tergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Pengosongan lambung umumnya terjadi antara 1/2 - 2 jam. Makanan cair biasanya lebih cepat, sedangkan makanan berlemak lebih lama tinggal di lambung," kata Johanes.
Berlanjut saat berbuka, dianjurkan meneguk minuman manis dan hangat. Makan pun hendaknya dilakukan bertahap dan tidak terburu-buru. Berilah jeda sebelum mulai menyantap hidangan utama, misalnya dengan menunaikan ibadah salat magrib terlebih dulu. Bagi mereka yang berbadan gemuk, hindari berbuka puasa dengan makanan tinggi kolesterol dan kurangi makanan manis serta gorengan. Daging tanpa lemak, sayur, dan buah umumnya lebih dianjurkan.
Sebaliknya, bagi yang terlalu kurus, Ahmad menyarankan untuk menambah porsi minum susu dan menghindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya).
"Bagi lansia (lanjut usia), saat berbuka tidak dianjurkan makan langsung banyak. Makanlah dalam porsi kecil tapi sering," tutur Ahmad.
(sindo//tty)Saat berpuasa, apalagi puasa sebulan penuh pada bulan Ramadan, asupan makanan dan minuman ke dalam tubuh umumnya berkurang. Tak heran mereka yang menjalani puasa rata-rata akan mengalami penyusutan berat badan, kendati tidak terlalu signifikan. Itulah sebabnya, bagi yang tengah susah-payah menurunkan berat badan, bulan Ramadan menjadi momen tepat untuk mengatur dan memperbaiki pola makan. Inilah salah satu keistimewaan berpuasa.
Lantas, mengapa ada orang berpuasa yang justru terus menggemuk dari hari ke hari? Jika terjadi demikian, segera berkaca, kemungkinan ada kesalahan dalam jenis dan pola makan yang dijalani selama puasa. Meski puasa Ramadan sudah berjalan dua minggu, tidak ada salahnya mengubah dan memperbaikinya sekarang.
Saat berpuasa, pola dan waktu makan berubah. Kebiasaan pun umumnya ikut berubah. Kepala UGD RSIA Muhammadiyah Jakarta Selatan dr Ahmad Jalaludin mengungkapkan, pada bulan puasa biasanya muncul kebiasaan-kebiasaan baru. Misalnya produktivitas kerja menurun dengan alasan badan lemas karena kurang makan, kebiasaan makan sahur yang banyak, makan berlebihan saat berbuka, kurangnya konsumsi buah dan sayur, atau tidur seharian tanpa berolahraga. Tanpa disadari hal itu justru menyebabkan peningkatan berat badan dan kondisi tubuh menjadi kurang fit sehingga mengurangi manfaat puasa bagi kesehatan. "Makanya ada orang yang puasa, tapi kok malah tambah gemuk," ujarnya. Kendati tidak makan dan minum pada siang hari, Ahmad menegaskan bahwa asupan kalori, karbohidrat, dan zat gizi lainnya harus tetap sama seperti saat tidak berpuasa.
Mengingat aktivitas makan dan minum hanya bisa dilakukan pada malam dan dini hari, tentunya perlu pengaturan ulang pola makan dan minum. Nah, pengaturan ini dimulai saat sahur. Bagi yang belum terbiasa, mungkin berat rasanya memaksakan diri bangun tidur dan makan saat dini hari. Jangan malas dan anggap sepele karena makan sahur berperan penting sebagai sumber energi selama puasa seharian.
"Sahur dianjurkan pada akhir waktu. Di samping bergizi, makanan yang dikonsumsi hendaknya kaya serat, yakni sayur dan buah untuk kesehatan saluran pencernaan. Jangan terlalu banyak makan lemak saat sahur karena cenderung membuat badan lemas," kata dokter yang juga aktif sebagai edukator diabetes.
Pernyataan tersebut juga dikatakan spesialis gizi klinik dari Melinda Hospital Bandung, dr Johanes C MND SpGK.Ia mengungkapkan, jika langsung tidur segera setelah makan, terdapat risiko terjadinya muntah atau aliran balik makanan yang dapat masuk ke dalam paru-paru karena makanan masih berada dalam proses pengolahan di lambung.
Untuk itu, berilah jeda sebelum Anda memutuskan tidur kembali. "Soal berapa lama jedanya, tergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Pengosongan lambung umumnya terjadi antara 1/2 - 2 jam. Makanan cair biasanya lebih cepat, sedangkan makanan berlemak lebih lama tinggal di lambung," kata Johanes.
Berlanjut saat berbuka, dianjurkan meneguk minuman manis dan hangat. Makan pun hendaknya dilakukan bertahap dan tidak terburu-buru. Berilah jeda sebelum mulai menyantap hidangan utama, misalnya dengan menunaikan ibadah salat magrib terlebih dulu. Bagi mereka yang berbadan gemuk, hindari berbuka puasa dengan makanan tinggi kolesterol dan kurangi makanan manis serta gorengan. Daging tanpa lemak, sayur, dan buah umumnya lebih dianjurkan.
Sebaliknya, bagi yang terlalu kurus, Ahmad menyarankan untuk menambah porsi minum susu dan menghindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya).
"Bagi lansia (lanjut usia), saat berbuka tidak dianjurkan makan langsung banyak. Makanlah dalam porsi kecil tapi sering," tutur Ahmad.
Sumber:
http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/09/16/27/146297/27/pola-makan-sehat-ketika-berpuasa
No comments:
Post a Comment