23 September 2016

Istana-istana di Jepang. Himeji Castle

Istana di Jepang (Castle) merupakan symbol otoritas dan kekuasaan penguasa jaman dahulu. Istana-istana di Jepang yang dibangun pada jaman peperangan juga meninggalkan pengetahuan dan teknologi karena merupakan fasilitas militer juga.

Megahnya Himeji Castle

Himeji castle sangat indah penampilan luarnya, mempunyai struktur yang kuat sebagai pertahanan terhadap serangan musuh yang dibangun dengan penuh pertimbangan yang matang.

Himeji Castle adalah situs warisan budaya Jepang yang pertama kali terdaftar di UNESCO. Istana ini adalah termasuk karya terindah peninggalan jaman keemasan teknologi dan arsitektur istana Jepang pada tahun 1600an. Sosoknya yang putih berkilau ini membuat istana ini dijuluki sebagai Istana Bangau Putih, karena istana ini berdiri mirip seekor burung  Bangau Putih yang sedang berdiri.

Sekilas sejarah dari Himeji Castle.

Himeji castle yang kini diakui oleh dunia dan PBB dalam hal ini UNESCO mempunyai masa-masa kelam, tepatnya sekitar 150 tahun yang lalu setelah jaman Samurai berakhir. Pemerintahan baru era Meiji mengeluarkan peraturan mengenai pemusnahan istana (selain yang diambil alih oleh angkatan darat pemerintah).  Himeji Castle menjadi salah satu target yang harus dimusnahkan dan dilelang dengan harga 23.5 Yen, yang kira-kira nilainya sama dengan 100.000 yen pada saat ini. Tetapi setelah itu, Himeji Castle dibeli kembali (buy back) oleh angkatan darat untuk di evaluasi nilai budaya dari Himeji Castle ini dan dapat bertahan hingga saat ini.

Pemandangan kota Himeji dilihat dari bagian atas Himeji Castle.
Himeji Castle sebagai sebuah istana keajaiban.

Pada perang dunia ke 2, Himeji Castle telah di bom dua kali dan seluruh kota Himeji hancur. Himeji Castle sendiri terkena bom, tetapi bom tersebut untungnya tidak meledak dan kemusnahan Himeji Castle bisa dihindari.
Sehari setelah peristiwa pemboman, penduduk Himeji menangis dan terharu melihat Himeji Castle masih tegak berdiri di tengah-tengah kehancuran kota, inilah yang dianggap penduduk Himeji sebagai sebuah keajaiban.

Pemandangan sisi lain dari kota Himeji yang tampak dari salah satu sudut bagian atas Himeji Castle.
Legenda Ubagaishi.

Ada sebuah legenda seorang nenek tua ketika istana ini sedang dibangun, pada saat itu ada nenek tua yang tinggal di dekat Himeji Castle. Nenek tua tersebut ingin membantu pembangunan membuat istana tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena sudah tua. Tetapi dia masih bisa menyumbang gerinda batu yang sudah tua dan mengatakan “Pakailah ini” kepada pemilik istana. Pemilik istana pun senang dan langsung menggunakan gerinda batu tersebut di tengah-tengah tembok batu. Batu ini kemudian disebut Ubagaishi (batu wanita tua) dan hingga saat ini batu tersebut masih bisa kita lihat di salah satu bagian dari Himeji Castle tepatnya di sekitar Mizu no Ichi Mon.

Kisah Putri Sen dan Himeji Castle.

Dahulu ada seorang putri yang merupakan salah satu tokoh di Istana Himeji (Himeji Castle), ia merupakan putri yang sangat unik karena berusaha untuk setia kepada dirinya sendiri pada jaman peperangan dimana perempuan sangat sulit untuk hidup. Namanya adalah Putri Sen. Putri Sen adalah seorang cucu dari Shogun Ieyasu dan dipaksa untuk melakukan pernikahan politik pada saat usianya baru 7 tahun dengan seorang raja dari pihak musuhnya. Tetapi, kerajaan tersebut runtuh beberapa saat kemudian, dan Putri Sen di tolong di tengah Istana yang sedang membara karena terbakar. 

Dalam perjalanan ke Edo (Nama lama kota Tokyo) Putri Sen jatuh cinta pada pandanga pertama kepada Tadatoki Honda yang kemudian menjadi pemilik Istana Himeji (Himeji Castle). Ieyasu mengetahui isi hati Putri Sen, menyetujui pernikahan Putri Sen dengan Tadatoki Honda, karea Ieyasu ingin melihat Putri Sen bahagia. Pernikahan dua insan ini adalah murni pernikahan manusia yang saling mencintai, yang sangat jarang sekali pada masa peperangan saat itu. Setelah menikah, Putri Sen tinggal di istana Himeji dan berbahagia hingga akhir hayatnya.

Himeji Castle menjadi lokasi bagus untuk syuting Film.

Himeji Castle saat ini juga sering menjadi lokasi untuk syuting banyak film, salah satunya adalah seri James Bond 007 dengan judul “You Only live twice” dimana Himeji Castle digunakan sebagai tempat pelatihan para Ninja. Ada beberapa adegan yang di ambil disini, diantaranya saat James Bond turun dari sebuah Helicopter di San no Maru, dan sebagainya.

Himeji Castle dilihat dari halaman luas yang ada di salah satu sudutnya.
Akses menuju Himeji Castle.

Himeji Castle terletak di kota Himeji yang merupakan bagian dari Perfecture Hyogo. Jika kita sedang berada di kota Osaka, maka akan sangat mudah menuju lokasi Himeji Castle ini, walaupun jaraknya cukup jauh dari kota Osaka, waktu tempuh yang diperlukan menuju kota Himeji adalah sekitar 1 jam 30 menit perjalanan dengan menggunakan kereta api milik jaringan JR baik dari Osaka Station ataupun dari Shin Osaka station dan kita akan turun di Himeji Station. 

Peta Akses dari Osaka menuju Himeji.
Dari sini (Osaka Station dan Shin Osaka Station) kita bisa memilih menggunakan Shinkasen Mizuho 601 dan Shinkasen Kagoshimachuo di jalur Tokaido-Sanyo Shinkasen atau juga dengan kereta JR Tokaido-Sanyo Line. Jika gunakan kereta cepat Shinkasen jarak tempuh hanya 30 menit saja.

Shin Osaka Station. Saat kami menanti kereta menuju kota Himeji

Papan petunjuk jalan di sekitar pedestrian menuju Himeji Castle
Sementara jarak dari Himeji Station ke Himeji Castle cukup jauh, sekitar 1 Km. Ini bisa kita tempuh dengan menggunakan bus dari Himeji Station atau juga bisa dengan berjalan kaki. Saat saya menuju Himeji Castle saya lebih memilih jalan kaki, dengan pertimbangannya adalah sekalian melihat-lihat situasi sepanjang jalan menuju Himeji Castle. Ternyata pilihan dengan berjalan kaki ini malah saya sukuri karena saya bisa benar-benar melihat-lihat kanan-kiri jalan dengan bebas. Trotoar disisi-sisi jalan ini juga cukup luas, sekitar 12 meter lebarnya dari bahu jalan.

Smoking Area di tengah pedestrian kota Himeji
Pedestrian luas ini dilengkapi dengan pot-pot tanaman dan bebarapa pohon-pohon yang tingginya sedang. Sementara di kedua sisi jalan juga berjajar berbagai toko dan perkantoran. Terdapat juga sebuah smoking area di tengah pedestrian ini, jaraknya sekitar 200-300 meter dari Himeji Station. Saat melihat smoking area ini saya manfaatkan untuk istirahat sejenak sambil menunggu 2 orang teman yang telah lebih dulu berangkat dari Osaka, saya tidak bersama mereka karena saya tertinggal kereta di stasiun Shin Osaka, saat mereka masuk kereta saya sedang bertanya kepada petugas stasiun mengenai kebenaran jalur kereta yang akan saya tumpangi.

Ticket Masuk Himeji Castle

Diantara beberapa castle yang banyak terdapat di hampir setiap kota di Jepang, Himeji Castle termasuk salah satu castle dengan ticket masuk yang cukup mahal, terutama bagi traveler seperti saya. Untuk bisa masuk dan menikmati seluruh bagian dari Himeji Castle ini kita harus membayar ticket masuk (admission fee) seharga 1.000 Yen (Dewasa) dan 700 Yen (Anak-anak). 

Ticket Masuk Himeji Castle
Ticket ini bisa di beli di bagian depan halaman Himeji Castle, baik melalui locket penjualan ticket atau bisa juga melalui beberapa vending machine yang telah disediakan.  Di sisi lain counter penjualan ticket masuk terdapat sebuah toko souvenir dan tourist information center khusus Himeji Castle.

Counter penjualan Ticket Himeji Castle.

Vending Machine untuk pembelian ticket masuk Himeji Castle.

Gerbang masuk dan lokasi counter penjualan ticket masuk Himeji Castle.

Papan petunjuk mengenai sejarah Himeji Castle yang berada di depan locket penjualan ticket masuk.

Rak brosur mengenai Himeji Castle dan Bapak petugas penerangan di Himeji Castle.
Kumpulan brosur yang bisa diambil dengan berbagai pilihan bahasa.
Brosur Himeji Castle yang saya dapatkan.

Maket Himeji Castle yang terdapat di dalam salah satu ruang utama Himeji Castle.

Maket contoh struktur bangunan dari Himeji Castle.
Keterangan tentang struktur bangunan dari Himeji Castle.
Salah satu koridor di dalam Himeji Castle.
Kegiatan pengunjung yang mencoba ikut melakukan ritual penghormatan di dalam Himeji Castle.

Salah seorang turis lokal yang ikut melakukan ritual penghormatan di dalam Himeji Castle.
Salah satu ruang yang tidak boleh di masuki oleh pengunjung Himeji Castle.
Para turis sedang menikmati pemandangan kota Himeji dari bagian atas Himeji Castle.

Ketika selesai melihat pemandangan dari atas Himeji Castle.
Teropong yang disediakan untuk melihat suasana kota Himeji.


Sesaat sebelum meninggalkan Himeji Castle.
Sebuah sumur di salah satu bagian luar Himeji Castle.

Sumur dimana terdapat banyak koin dari pengunjung yang datang ke Himeji Castle.

Saat akan masuk ke dalam Himeji Castle.
Himeji Castle tampak dari salah satu sisi paritnya.

22 September 2016

Wisata Jepang - Menghemat budget transportasi di Jepang

Traveling aman dan nyaman menjadi harapan para traveler dimanapun di dunia ini, termasuk juga saat berkeliling untuk menjelajah berbagai wilayah di suatu negeri, termasuk Jepang. Jepang adalah salah satu Negara di Asia yang sangat terkenal dengan transportasi publiknya yang sangat banyak dan saling terkoneksi satu dengan lainnya dan terintegrasi dengan berbagai layanan publik lainnya.

Berbicara Jepang, pasti hal pertama yang akan kita ingat tentang layanan transportasi publik ini adalah layanan kereta cepatnya atau biasa di sebut sebagai “bullet train”, yang di Jepang sendiri sering disebut sebagai Shinkasen. Ya Shinkasen sudah menjadi icon transportasi publik yang cepat, aman, nyaman serta terkenal dengan ketepatan waktu perjalanannya.

Perlu diketahui juga selain kereta peluru (bullet train) atau Shinkasen ini masih banyak pilihan jenis kereta yang melayani hampir di seluruh wilayah negara Jepang. Dari ujung utara Jepang hingga bagian selatan negara Jepang, semua sudah terkoneksi dengan layanan kereta api dan Shinkasen.
Baiklah, disini kita tidak akan bahas lebih jauh tentang Shinkasen tersebut, tetapi akan membahas beberapa opsi terkait cara berhemat cost untuk transportasi selama di Jepang. 

Berikut adalah opsi-opsi transportasi untuk berkeliling berbagai daerah di Jepang, diantaranya sebagai berikut :

1. Pesawat Terbang
2. Kereta Api
3. Bus
4. Sewa Kendaraan Pribadi
5. Taksi

1. Pesawat Terbang.

Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa saat ini untuk berpergian kesuatu wilayah yang cukup jauh juga sering bisa kita lakukan dengan moda transportasi udara, yaitu pesawat terbang. Saat ini banyak sekali bertebaran berbagai promo menarik, utamanya adalah ticket pesawat terbang. 

Ticket promo yang murah ternyata juga bisa kita dapatkan saat kita berada di Jepang untuk beberapa penerbangan lokalnya, seperti dari Tokyo Airport (Haneda dan Narita) ke Sapporo atau Osaka melalui Kansai Airport (KIX) ke Sapporo. Ini adalah salah satu contoh penerbangan murah yang ada di Jepang untuk wilayah dalam negeri Jepang (local flight). Untuk harganya biasa berkisar antara 500-800 rupiah sekali jalan (one way). 

Hal ini bisa menjadi opsi kita jika kita ingin menghemat waktu perjalanan dengan jarak yang cukup jauh. Jika dibandingkan dengan menggunakan kereta cepat Shinkasen ini bisa berharga sama, bahkan terkadang harga ticket pesawat lebih murah dari pada ticket Shinkasen. Harga ticket Shinkasen untuk perjalanan one way dari Sapporo ke Tokyo adalah sekitar 27.240 JPY.

2. Kereta Api.

Untuk jenis transportasi kereta api di Jepang ada banyak macamnya, mulai dari jaringan kereta milik JR (Japan Railway) hingga jaringan kereta api biasa yang berbeda di setiap kota-kotanya. Bahkan khusus untuk JR network ini masih terbagi lagi menjadi JR East dan JR West. Seperti di kota Tokyo dilayani setidaknya tidak kurang dari 3 perusahaan layanan kereta api. Jaringan kereta api bawah tanahnya bukan dikelola oleh JR, dan dinamakan Tokyo Metro Subway.

Kereta Api sebagai salah satu alat transportasi utama di Jepang memang menjadi pilihan banyak orang ketika mengunjungi Jepang, karena tersedia berbagai pilihan kereta api, mulai dari Shinkasen, Kereta Express hingga subway atau kereta bawah tanah.

Untuk menikmati transportasi kereta api ini juga tersedia berbagai pilihan Ticket Pass baik itu yang berlaku secara regional ataupun yang berlaku lebih luas cakupannya seperti JR Pass yang dikeluarkan oleh jaringan kereta api Japan Railway atau biasa disingkat menjadi JR. Durasi masa berlakunya juga tersedia dalam berbagai pilihan waktu, contohnya One Day Pass Ticket, 3 Day Pass Ticket, dan untuk JR Pass mulai dari 7 hari hingga 21 hari.

Berikut adalah harga JR Pass yang berlaku saat ini :

TYPE
GREEN
ORDINARY
Duration
Adult
Child
Adult
Child
7 Day
4.940.000
2.470.000
3.700.000
1.850.000
14 Day
7.995.000
4.000.000
5.895.000
2.950.000
21 Day
10.400.000
5.200.000
7.540.000
3.770.000
Harga dalam rupiah dengan kurs 128 rupiah per Yen (kurs September 2016)

Sementara bagi yang berpikir tidak akan menggunakan JR Pass karena berbagai pertimbangan, masih ada beberapa opsi lagi yang bisa dipilih untuk tetap bisa menggunakan jaringan kereta api di Jepang, contohnya saat kita berada di Tokyo kita masih bisa gunakan IC Card seperti Pasmo Card yang berharga 2.500 JPY serta jaminan 500 JPY,

Pasmo Card ini bisa kita refill saat saldonya sudah habis. Untuk melakukan refill saldo Pasmo Card bisa dilakukan di hampir semua stasiun di kota Tokyo dan bisa dibeli di vending machine yang memang sudah disediakan oleh pihak stasiun.. Pasmo Card ini bisa digunakan untuk jaringan Tokyo Metro Subway dan juga untuk jaringan kereta milik JR, tetapi tidak bisa digunakan untuk kereta cepat seperti Shinkasen.

Saat berada di Tokyo, saya hanya menggunakan Pasmo Card ini untuk berkeliling kota Tokyo, dengan pertimbangan tidak worthed jika gunakan JR Pass, walaupun saya memang akan berkeliling beberapa kota di Jepang, seperti Osaka dan Kyoto. Karena cukup lama menimbang-nimbang sejak masih berada di Jakarta, akhirnya saya putuskan untuk gunakan hanya kartu pass yang berlaku secara lokalan saja, dan di kota lainnya saya akan beli kartu pass lainnya sesuai kebutuhan saya.

Beberapa Kartu Pass yang saya gunakan saat di Jepang.
Saat berpindah kota dari Tokyo dan tiba di Osaka, untuk transportasinya saya menggunakan Kansai Thru Pass 2 Days seharga 4.500 JPY. Kansai Thru Pass yang saya beli hanya berlaku untuk 2 hari penggunaan saja. Kansai Thru Pass berlaku hampir untuk seluruh moda transportasi di area Kansai, seperti MRT, LRT dan bus, kecuali jaringan JR.

Kansai Thru Pass ini hanya saya gunakan untuk berkeliling kota Osaka saja selama 2 hari, mulai dari pagi hingga malam hari kembali ke hotel saya di dekat stasiun Dobutsuenmae, Osaka.

Kansai Thru Pass yang saya gunakan hanya untuk keliling kota Osaka.


Sekalipun wilayah berlakunya Kansai Thru Pass ini cukup luas, saya tak sempat untuk bisa memaksimalkan penggunaan kartu ini berkeliling seluruh wilayah Kansai mengingat saya adalah tipe traveler santai yang tak pernah mau terlalu terburu-buru di setiap tempat yang saya datangi.

Bersambung ...

21 September 2016

Wisata Jepang - Takoyaki, jajanan khas kota Osaka dan Kansai area

Awalnya saya tidak banyak mengetahui tentang makanan-makanan Jepang, karena saya termasuk orang yang tidak terlalu ingin tau tentang makanan asing, termasuk juga makanan Jepang.

Saya hanya sedikit kenal beberapa macam saja makanan Jepang ini, ini pun saya kenal saat di Indonesia. Makanan Jepang yang saya kenal juga hanya sebatas yang sangat umum diketahui orang Indonesia pada umumnya, seperti makanan jenis bento, teriyaki dan semacamnya, bahkan ini pun saya kenal hanya dari salah satu restoran frienchise khas makanan Jepang yang semua orang terasa cukup familiar namanya.

Kisah tentang salah satu makanan atau jajanan khas Jepang ini, atau Kansai area khususnya adalah saat saya mengunjungi kota Osaka dan berjalan-jalan diantara spot-spot wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai belahan dunia, ya daerah Dontonburi, Osaka.

Ketika ada sebuah janji pertemuan dengan beberapa orang teman yang juga dari Jakarta, untuk berkumpul dan bertemu di kota Osaka, dan akhirnya disepakati yang menjadi tempat pertemuan kami adalah di sekitar Dontonburi Street.

Saat berjalan dari keluar stasiun hingga akhirnya menemukan Dontonburi street ini, cukup banyak pemandangan khas kota yang bisa kita lihat, jajaran toko-toko dengan berbagai barang yang dijualnya, menjadi agak mulai sedikit berbeda ketika kita mulai memasuki Dontonburi street.

Ada beberapa hal yang cukup mencolok dari perbedaan pemandangan yang kita lihat selain tetap ada jajaran toko-toko 'biasa' dan pada sisi jalan lainnya adalah ada cukup banyak boneka besar berbentuk binatang-binatang laut yang biasa kita konsumsi sebagai sea food.

Setidaknya saya melihat ada 3 toko yang cukup besar dengan hiasan ornamen boneka besar Kepiting, Gurita, dan Cumi-cumi atau sejenisnya. Tentu ini menjadi sangat 'eye catching' sekali, terutama bagi orang-orang yang baru sekali melewati jalan ini.

Pertemuan di Glico Sign, Osaka dengan beberapa teman dari Jakarta

Singkat cerita setelah melewati berbagai hal menarik tersebut, akhirnya kami bisa bertemu dengan beberapa teman dari Jakarta di salah satu sudut jalan Dontonburi ini, tepatnya persis di depan kedai kopi ala amerika yang di depannya ada ornamen boneka Gurita besar.

Kemudian kami pindah agak bergeser sedikit ke arah salah satu Icon kota Osaka, yaitu Glico Sign untuk sekedar foto bersama dan sambil tetap menikmati suasananya pada saat itu.

Pertemuan ini tidak berlangsung terlalu lama, mengingat masing-masing kami sudah cukup lelah berkeliling dan hari juga sudah semakin malam. Pada akhirnya berpisah untuk menuju ke hotel atau penginapannya masing-masing.

Disaat perjalanan ingin kembali menuju hotel inilah saya kembali menemukan hal yang menarik, lokasinya persis dibelakang Glico Sign. Saya melihat ada sebuah kedai makanan Jepang dengan sedikit ornamen tetapi memiliki LED display videotron diatasnya. Dan ada beberapa orang yang sedang antri untuk membeli makanannya.

Ikut antrian membeli Takoyaki dengan kartu yang berisi nomor urut antrian

Berawal dari rasa penasaran inilah saya akhirnya mencoba mendekati dan melihat serta bertanya kepada penjualnya tentang makanan yang dijualnya. Karena masih penasaran dan tertarik untuk mencoba, maka saya tanyakan harga makanannya, kemudian mereka memberikan kartu antrian untuk saya, dan langsung dilanjutkan untuk ikut antrian yang sudah ada.

Chef sedang memasak dan mengolah Takoyaki yang akan disajikan kepada pembeli

Cukup lama juga untuk mendapatkan satu box Takoyaki ini, karena saya berada dalam antrian nomor 4 atau nomor 5, sekitar 15 menit waktu menunggu untuk dapatkan Takoyaki pesanan saya ini. Dan akhirnya saya dapatkan satu box Takoyaki seharga 700 JPY ini. Oh iya, Takoyaki ini di jual dengan merek dagang Kurotako Kuromon Ichiba.

Rasa dari makanan ini adalah gurih asin serta terasa ada keju atau mayones yang melted di dalamnya. Di saat sudah mencicipi satu, lalu saya teringat dengan sambal kemasan yang sengaja saya bawa dari Jakarta, ya sambal Delmonte Extra Hot, lalu saya coba untuk menambahkan sambal ini pada Takoyaki yang saya pegang, dan ternyata setelah ditambahkan sambal Delmonte Extra Hot ini, rasa menjadi semakin enak untuk dinikmati. Udara malam yang sejuk pada saat itu di kota Osaka dan Takoyaki edisi revisi versi saya semakin menambah kenikmatan jajanan khas kota Osaka ini.

Kurotako Takoyaki pada saat baru disajikan.



Pada saat tulisan ini saya buat, kembali saya mengingat dan membayangkan lezatnya jajanan Takoyaki ini, menggugah selera dan membuat ingin kembali merasakannya segera.
Buat kalian yang akan mengunjungi kota Osaka dan berjalan-jalan di sekitaran Dontonburi, sebaiknya jangan lupakan untuk mencoba jajanan khas Kansai atau kota Osaka ini.

Bagi yang ingin mencoba membeli dan menikmati Takoyaki Kurotako ini, berikut adalah lokasinya saya berikan di Map.

Lokasi Kurotako Takoyaki.



Menuju lokasi ini bisa di tempuh dengan berjalan kaki dari Nippombashi Station atau juga melalui Namba Station dengan berjalan kaki sambil menikmati suasana keramaian Namba dan Dontonburi.

Dibawah ini saya berikan foto-foto saat saya membeli Takoyaki ini.

Etalase bagian depan sekaligus tempat memasak Takoyaki

Takoyaki pesanan saya yang sudah tersaji

Suasana  Dontonburi street di kota Osaka dan kerumunan antrian pembeli Takoyaki.

Sesaat setelah membeli Takoyaki, nampak antrian masih cukup banyak setelah saya selesai membeli.


Wisata Jepang - Takayama dan Shirakawa-go


Salah satu lokasi wisata yang ramai dikunjungi para traveler beberapa tahun terakhir ini adalah Shirakawa-go. Sebenarnya tempat apakah Shirakawa-go ini?
Mari kita bahas sedikit tentang salah satu objek wisata andalan di Jepang ini, Shirakawa-go.

Shirakawa-go adalah desa yang dikenal dengan keunikan bentuk rumah tradisionalnya yang disebut Gassho-Zukuri, menjadi salah satu World Heritage Site UNESCO. Jepang memiliki banyak UNESCO Heritage site, tetapi Desa Shirakawa-Go merupakan salah satu yang terbaik yang ada di Jepang.

Sungai Shokawa di Shirakawa-go

Shirakawa-go ini terletak di lembah sungai Shokawa (Desa Shirakawa) di perbatasan Prefektur Gifu dan Prefektur Toyama di wilayah Tokai-Hokuriku, Honshu. Shirakawa-gō (白川郷, "Distrik Sungai Putih") berlokasi di Desa Shirakawa di Prefektur Gifu.


Pose dengan di lokasi yang sering menjadi icon promosi Shirakawa-go
 Transportasi menuju Shirakawa-go.

Jika akan menggunakan kereta api, kita bisa pilih dengan menggunakan jalur Tokaido-Sanyo Shinkasen hingga Nagoya Station dan kita harus pindah kereta lagi di Stasiun Nagoya ini (masih jaringan JR). Waktu tempuh dengan menggunakan Shinkasen dari Tokyo hingga Nagoya adalah sekitar 1 jam 35 menit dan melalui 3 pemberhentian, yaitu Shinagawa Station, Shin-Yokohama Station dan terakhir di Nagoya Station. Selanjutnya kita harus pindah jalur di Nagoya Station ini untuk menuju Platform 11 dan masih menggunakan kereta milik JR, yaitu JR Hida Takayama, waktu tempuh dari Nagoya Station menuju Takayama Station adalah sekitar 2 jam 20 menit dengan 4 kali pemberhentian.

Peta jalur Shinkasen menuju kota Takayama.

Jika kita sudah tiba di kota Takayama pada siang hari sebaiknya jangan langsung menuju Shirakawa-go, karena tidak akan cukup waktunya untuk kita meng-explore Shirakawa-go.
Untuk jalan paling pagi, asumsi perjalanan dari Tokyo kita berangkat jam 05.00 pagi (start dari Tokyo Station) dan baru akan tiba di kota Takayama sekitar jam 10.00 pagi.

Hal ini masih mungkin jika kita paksakan mengunjungi Shirakawa-go pada hari yang sama, dengan catatan kita sudah booking atau sudah reservasi perjalanan dari Takayama ke Shirakawa-go dengan menggunakan bis. Biasanya setiap bis yang akan ke Shirakawa-go memang memiliki shelter pemberhentian di sekitaran Takayama Station.

Saran saya, jika kita termasuk tipe traveler yang agak santai dan tidak terlalu strict dengan jadwal, maka kita bisa berangkat agak siang dari Tokyo. Shinkasen menuju Nagoya berangkat setiap satu jam sekali (60 menit) dan mulai ada sejak jam 05.00 pagi.

Andai kita berangkat jam 08.00 dari Tokyo, maka akan tiba di kota Takayama sekitar jam 01.00 siang, kita bisa manfaatkan waktu siang tersebut untuk sedikit meng-explore kota Takayama ataupun langsung Check in di penginapan atau hotel kita, baru esok harinya bisa kita mulai perjalanan menuju Shirakawa-go sejak pagi hari.

Waktu tempuh dari kota Takayama menuju Shirakawa-go adalah sekitar 45 menit. Dalam perjalanan ini kita akan melewati beberapa terowongan yang menembus perbukitan perfecture Gifu, sebuah perjalanan dengan pemandangan yang cukup menarik tentunya.

Bus yang membawa rombongan kami dari Takayama menuju Shirakawa-go
Pada waktu saya berkunjung ke Shirakawa-go saya mengambil paket tour lokal di Takayama yang satu paket dengan penginapan satu malamnya. Harga Paket ini adalah 4.900 JPY, isi paket adalah menginap satu malam di hostel ini dengan Dormitory Style, Satu kamar yang saya tempati adalah berisi 3 buah bunk bed, yang mana pada setiap bed, baik atas atau bawah disediakan power outlet terminal untuk kita melakukan charging gadget dan sebuah lampu baca. Sementara untuk fasilitas hostelnya ini disediakan juga lift untuk naik turun para pengunjungnya.


Peta lokasi Jhoppers Takayama

Papan petunjuk Shirakawa-go yang berada di salah satu sudut parkiran kendaraan


Tangga menuju Jembatan gantung di Shirakawa-go


Lokasi parkir kendaraan pengunjung Shirakawa-go


Salah satu kolam dan taman di sebuah rumah di Shirakawa-go

Suasana jalan desa di Shirakawa-go

Suasana Desa Shirakawa-go saat hujan turun

Jembatan gantung untuk menyeberangi Sungai Shokawa di Shirakawa-go


Rumah Gasso Zukuri di Shirakawa-go


Salah satu sudut dengan rumah khas Shirakawa-go


Bersama Tour Guide Local, Mr. Yamamoto

Atap rumah yang khas di Shirakawa-go