Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts

24 February 2014

Wisata Murah Pantai Pagatan di Kalimantan Selatan

Jalan provinsi dan kawasan pantai Pagatan
 Wisata pantai adalah salah satu pilihan menarik bagi kita pada umumnya. Bercerita tentang pantai di Kalimantan Selatan, ada beberapa pantai yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Pantai Pagatan yang terletak di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Mengapa pantai ini menarik? Diantaranya adalah karena lokasinya yang mudah dijangkau oleh semua orang, terletak di jalan provinsi yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur jika kita lewati jalur paling selatan pulau Kalimantan, baik dari Banjarmasin (ibukota Kalimantan Selatan) atau dari arah sebaliknya di Kalimantan Timur. Dan menjadi tambah menarik juga karena wisata pantai Pagatan ini termasuk wisata murah meriah. Tidak ada biaya ataupun retribusi khusus ditarik dari wisatawan yang berkunjung dan menikmati suasana pantainya.

Pantai Pagatan, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
Di sepanjang jalan yang berada tepi pantai ini banyak berjajar warung-warung yang menjual berbagai makanan bagi para wisatawan yang sengaja berkunjung ke pantai ini ataupun pengunjung lainnya yang hanya sekedar mampir untuk beristirahat sejenak setelah lelah karena sedang melakukan perjalanan panjang dari Kalimantan Selatan dan dari Kalimantan Timur.

How to get there?

Bagi yang ingin berkunjung ke pantai Pagatan ini, ada beberapa cara yang bisa dipilih. Untuk kita yang gunakan kendaraan pribadi tentunya sudah tidak perlu dibahas lebih lanjut lagi, sebab hanya perlu isi BBM secukupnya dan tinggal jalan saja.

Suasana jalan raya ditepi pantai Pagatan
Kemudian bagi para backpacker yang ingin menikmati suasana pantai Pagatan ini, bisa dimulai dari kota Banjarmasin. Dari Banjarmasin bisa gunakan angkutan umum, yaitu bis-bis yang bisa dicari di terminal yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani Km 6, atau jika agak susah cari terminal ini, bisa tanyakan ke orang-orang di kota Banjarmasin dimana letak Terminal Antar Kotanya.

Pose dulu sebelum tinggalkan lokasi pantai Pagatan
Waktu tempuh dari Banjarmasin ke pantai Pagatan berkisar antara 4-5 jam perjalanan darat melewati beberapa kabupaten, diantaranya adalah kabupaten Tanah Laut, sebelum seterusnya tiba di kabupaten Tanah Bumbu dimana lokasi pantai Pagatan berada.
Sejauh ini pantai Pagatan tampaknya bukanlah suatu objek wisata resmi yang dikelola oleh suatu perusahaan yang bergerak dibidang wisata seperti pantai Ancol di Jakarta, tetapi masih di kelola oleh pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah daerah kabupaten Tanah Bumbu.

Di satu sisi ada baiknya, sehingga objek wisata pantai ini tetap murah dan dapat dinikmati semua orang. Disisi lain, akibat tidak dikelola secara khusus, maka mungkin saja bisa timbul masalah-masalah baru bagi lingkungan sekitar pantai. Hal paling sederhana adalah terancamnya kebersihan lingkungan sekitar pantai karena banyaknya pengunjung yang sekedar mampir atau memang segaja berkunjung ke pantai ini, terutama saat weekend hari Sabtu dan Minggu. Belum lagi pertumbuhan warung-warung makanan yang berjajar disepanjang jalan tepi pantai ini, jika tidak dikontrol dan dikendalikan dengan bijak maka akan membuat kawasan ini menjadi tidak teratur, bukan tidak mungkin nanti bisa jadi terkesan kumuh. 

Semoga hal ini tetap bisa jadi perhatian pemerintah daerah setempat dalam pengelolaan aset wisata didaerahnya dan bisa terus menjadi berkembang serta menguntungkan semua pihak tanpa mengorbankan lingkungan ataupun mengurangi kenyamanan dan keindahan pantai yang sudah ada.

Rehat sejenak menikmati suasana pantai Pagatan

28 October 2009

Panorama di Puncak Gunung Anak Krakatau

LAMPUNG, KOMPAS.com - Kawasan Cagar Alam Krakatau merupakan salah satu objek wisata terbaik di Provinsi Lampung. Cagar alam dengan perpaduan antara keindahan panorama gunung dan laut membuat wisatawan lokal maupun asing terpesona melihatnya.

Saya mendapat kesempatan untuk mendaki Gunung Anak Krakatau dengan difasilitasi oleh Travellers Krakatoa Nirwana Resort yang bertempat di Kota Kalianda, Lampung Selatan. Mendaki Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu paket aktifitas yang diberikan pengelola Travellers untuk tamu.

Untuk mendaki Gunung Anak Krakatau, kita harus memiliki ijin dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KPSDA) Lampung. Saya tak perlu repot mengurus perijinan karena seluruhnya telah diurus oleh pihak Travellers.


Dari resort, rombongan yang terdiri dari jurnalis empat media ditemani Humas Travellers Maulandiki, melaju sekitar 20 menit dengan kendaraan milik resort menuju Dermaga Canti, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan kapal nelayan. Sebenarnya, untuk menuju Gunung Krakatau dapat dilakukan melalui dermaga di depan resort, namun ini akan memakan waktu tempuh yang lebih lama.

Perjalanan dari Dermaga Canti menempuh waktu sekitar tiga jam hingga Krakatau. Sepanjang perjalanan kita melewati Pulau Sebesi, Sebuku, Sebuku Kecil, Panjang, dan Setiga. Setelah 2,5 jam melintasi Selat Sunda, mulai terlihat Cagar Alam Krakatau dari kejauhan.

Kapal terus melaju mendekati gunung. Setelah dekat, kapal lalu mengitari Gunung. Kita dapat melihat batu-batu besar yang terlempar dari perut gunung akibat letusan gunung dan membentuk tebing-tebing di pinggir pantai.

Setelah mengitari gunung, kapal akhirnya merapat di akses masuk. Di sana terdapat satu pos berukuran 2 X 2 meter dengan atap yang mulai rusak serta tugu kecil bertuliskan Cagar Alam Krakatau. Di pasang juga papan penjelasan mengenai cagar alam dan sejarah meletusnya Gunung Krakatau. Tertulis, Gunung Anak Krakatau masuk dalam kawasan Cagar Alam Krakatau dengan total area 13.605 hektar meliputi darat dan laut.

Kawasan cagar alam itu dikelola oleh BKSDA Lampung di bawah Departemen Kehutanan. Luas Gunung Anak Krakatau sebesar 800 hektar dengan panjang pantai sekitar dua km. Ketinggian gunung sekitar 350 meter dan tiap tahun meningkat sekitar satu meter.

Dahulu sebelum Gunung Krakatau meletus hebat tahun 1883, terdapat lima gunung yaitu Rakata yang sekarang bernama Krakatau, Danan, Perbuatan, Sertung, dan Panjang di kawasan tersebut. Ledakan maha dasyat Gunung Rakata mengakibatkan Gunung Danan dan Perbuatan hancur total lalu menghilang. Sedangkan Gunung Rakata sendiri kehilangan 60 persen bagian.

Setelah membaca sejarah dan peraturan-peraturan mendaki gunung, kami langsung memulai pendakian ditemani seorang petugas dari BKSDA bernama Awaludin. Arahan petugas, pengunjung hanya diperbolehkan mendaki hingga puncak bukit pertama karena sangat berbahaya.

Anak Gunung Krakatau terdiri dari dua bukit. Bukit ke dua merupakan puncak kawah yang menyemburkan asap. Setiap pendaki harus mengenakan helm dan masker untuk antisipasi jika sewaktu-waktu gunung meletus atau biasa disebut batuk.

"Kita tak pernah tahu kapan Anak Krakatau batuk. Kalau batuk akan keluar asap belerang yang baunya menyengat dan melemparkan batu-batu besar. Lemparan batu bisa sampai ke laut. Jadi kalau batuk kita harus lari sambil lihat ke atas hindari batu," jelas Awaludin.

Mendengar penjelasan petugas, tak mengendurkan sedikit pun keinginan saya untuk mendaki. Tiga jam terombang-ambing di lautan masa hanya sampai di kaki gunung, pikirku.

Jalur yang akan kita lalui membelakangi kawah gunung sehingga cukup aman. Untuk mencapai puncak, kita harus melewati sembilan patok yang dipasang sebagai jalur penanda.

Antarpatok berjarak 100 meter.Ketinggian di patok ke sembilan mencapai sekitar 300 meter dari permukaan laut. Melangkah sepanjang 200 meter pertama jalur masih datar. Kita harus melewati sela-sela daun dan pohon tumbang seperti hutan.

Kanan dan kiri jalur terbentang pohon cemara dan beberapa jenis pohon lain. Awal perjalanan kami ditemani kicauan burung. Menurut Awaludin, hewan penghuni lain yaitu biawak, ular, tikus hutan, kupu-kupu, dan hewan lainnya.

Kita terus mendaki langkah demi langkah. Setelah melewati patok ke tiga, jalur mulai sedikit mananjak.

Kita melangkah di atas pasir yang berasal dari letusan gunung. Harus ekstra hati-hati berjalan karena pasir dapat amblas.

Sepanjang pendakian tampak batu-batu besar yang berasal dari muntahan Gunung Anak Krakatau. Batu-batu itu mematahkan beberapa batang pohon serta merusak beberapa patok.

Saya pun terus mendaki sekuat tenaga. Melewati patok empat, jalur mulai curam sehingga langkah kaki mulai berat.

Menurut Awaludin, pengunjung jarang ada yang mau mendaki hingga puncak lantaran tanjakan yang curam. Selain itu, debu pasir juga menyusahkan pendakian.

Melewati patok lima mulai sedikit terlihat puncak kawah yang masih aktif. Tampak belerang berwarna kuning menyebar di puncak kawah.

Jika kita membalikkan badan mulai tampak laut Selat Sunda. Terus melangkah ke atas bukit semakin jelas pemandangan laut dan puncak kawah. Saya semakin penasaran dan mempercepat langkah.

Setelah 30 menit berjuang mendaki, kami akhirnya tiba di patok sembilan puncak bukit pertama. Hanya satu kata untuk menyimpulkan gambaran dari atas puncak bukit pertama Anak Krakatau, indah.

Biru lautan luas, Gunung Krakatau dan Pulau Panjang, puncak kawah Anak Krakatau yang diselimuti belerang berwarna kuning, hamparan pohon cemara, dan batu-batu besar muntahan gunung membayar lunas semua rasa lelah.

Awaludin mengatakan, kami merupakan pengunjung pertama yang mendaki hingga puncak sejak tahun 2007. Menurut dia, dalam tiga tahun terakhir aktifitas Anak Krakatau meningkat dan terus batuk sehingga pengunjung tidak diperbolehkan naik hingga puncak.

"Tamu hanya boleh sampai patok tiga. Sejak bulan lalu mulai sedikit aman. Udah enggak batu-batuk lagi," ucap dia.

Anak Krakatau akan batuk, jelas dia, ditandai dengan getaran lokal seperti gempa. Selang beberapa menit setelah gempa, dari kawah akan terlempar batu-batu dan mengeluarkan asap belerang. "Kita perhatikan dulu ke arah mana batu akan terlempar. Kalau ke arah kita, lari lah sekencang-kencangnya," ucap dia. Untuk itu pengunjung harus didampingi petugas.

Di puncak kawah terpasang alat vulkanologi untuk memantau aktifitas gunung milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Namun, alat itu telah rusak total tertimpa batu-batuan. Awaludin tak mengetahui persis kapan alat itu rusak karena baru kali ini dia mendaki hingga puncak dalam tiga tahun terakhir.

Makan siang di pinggir pantai

Setelah puas menikmati ciptaan Yang Kuasa dari puncak bukit, kami lalu kembali ke pos. Menuruni bukit harus lebih berhati-hati dari pada mendaki karena dasar pijakan pasir dan mudah merosot.

Panas terik sinar matahari membuat sedikit kelelahan. Akhirnya kami beristirahat sebentar di bawah pohon cemara. Setelah mengumpulkan cukup tenaga, kita kembali melanjutkan perjalanan.

Begitu tiba di pos, koki Travellers telah menyediakan santap siang di pinggir pantai. Tampaknya mereka bekerja selama pendakian. Ayam, cumi, ikan bakar, sayuran segar, sambal Seruit khas Lampung, buah-buahan telah dihidangkan. Mantap... Tanpa tunggu waktu, hajar.

Saya duduk di atas pohon tumbang dan di teduhi Pohon Cemara untuk menikmati hidangan. Saya santap hidangan sambil menghadap pantai ditemani desiran suara ombak dan tiupan angin pantai. Ahhh.., benar-benar nikmat. Hilang semua rasa lelah. Sungguh pengalaman yang menarik...

Sumber: Kompas

Saat Danau Kelimutu Tidak Lagi Tiga Warna


Inilah keunikan Danau Kelimutu: tiga danau kawah itu berada di puncak Gunung Kelimutu, dan warnanya pun berubah-ubah. Namun, peristiwa langka telah terjadi, sejak akhir 2008, Danau Kelimutu mulai berubah dan saat ini danau triwarna itu menjadi satu warna, ketiganya menjadi hijau muda.

Perubahan menuju satu warna danau kawah yang berada di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), itu diawali pada Desember 2008. Danau Tiwu Ata Polo saat itu berubah warna dari coklat kehitaman menjadi hijau tua. Disusul Danau Tiwu Ata Mbupu dari hijau lumut kehitaman jadi hijau muda, Senin (5/10).

Warna kedua danau tersebut kini sama dengan warna Danau Tiwu Nua Muri Koo Fai, yang sejak awal diteliti tahun 1915 oleh BCh MM van Suchtelen danau itu dominan berwarna hijau muda.

Saat Suchtelen meneliti pertama kali, Danau Tiwu Ata Polo menunjukkan warna merah darah, Tiwu Nua Muri Koo Fai hijau jamrud, sedangkan Tiwu Ata Mbupu berwarna putih.

Posisi tiga danau yang semuanya memancarkan warna hijau muda ini mirip dengan peristiwa 13 tahun silam, tepatnya pada 9 April 1996. Sebagaimana data Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Balai Taman Nasional (BTN) Kelimutu, ketika itu Tiwu Ata Polo berwarna hijau, Tiwu Nua Muri Koo Fai hijau muda, dan Tiwu Ata Mbupu hijau tua.

Peristiwa seperti itu amatlah langka. Oleh karena itu, danau ini dinamakan Danau Triwarna Kelimutu. Selama ini, Danau Tiwu Ata Polo lebih didominasi warna gelap, seperti merah, hijau tua, dan coklat. Adapun Danau Tiwu Nua Muri Koo Fai lebih sering berwarna hijau muda dan pernah berubah menjadi biru sebanyak 6 kali, putih 10 kali, yang terakhir terjadi tahun 2004—dari warna hijau ke putih telur asin—sedangkan Danau Tiwu Ata Mbupu lebih sering berwarna hijau lumut, hitam, coklat tua, terkadang juga biru, dan pernah dua kali menjadi putih, pada tahun 1915 dan 1960.

Danau Kelimutu secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, NTT. Letaknya sekitar 55 kilometer (km) arah timur dari kota Ende, yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat sekitar dua jam.

Bagi masyarakat etnis Lio, Ende, keberadaan Danau Kelimutu di ketinggian 1.690 meter di atas permukaan laut (dpl) itu mempunyai makna magis yang kental. Dalam mitos turun-temurun mereka, kawasan Danau Kelimutu adalah semacam kampung arwah.

Pintu gerbangnya, Pere Konde, dipercaya dijaga oleh Konde Ratu, sang penguasa. Sementara itu, Danau Tiwu Ata Polo diyakini sebagai tempat berkumpulnya orang-orang jahat. Danau Tiwu Nua Muri Koo Fai dipercaya tempatnya orang-orang muda, sedangkan Tiwu Ata Mbupu adalah tempat berkumpulnya arwah para orang tua.

Namun, beberapa kalangan percaya, perubahan warna Danau Kelimutu berkaitan dengan ramalan akan terjadinya peristiwa penting di Indonesia, atau di Ende. ”Dari cerita orang- orang tua dulu, sih kalau warna danau berubah memberi tanda akan ada bencana. Tetapi, mungkin juga pengaruh cuaca sekarang yang cepat berubah,” kata Yulita, warga Desa Pemo, Kelimutu.

Pada tanggal 13 hingga 31 Mei 1997, warna Danau Tiwu Ata Polo berubah warna pula. Lagi-lagi, peristiwa itu oleh sejumlah kalangan dikaitkan sebagai pertanda perubahan besar akan lengsernya Presiden Soeharto tahun 1998 kala itu.

Begitu pula kejadian Desember 2008 ketika Tiwu Ata Polo berubah warna dari coklat kehitaman menjadi hijau tua, dikaitkan dengan peristiwa pemilu legislatif dan pemilu presiden, serta gempa di Tasikmalaya dan Sumatera.

Sumber:
Kompas

28 August 2008

Penjelajah Dunia Asal Bandung Sudah Singgahi 66 Negara


Jakarta - Ingatkah seorang bernama Jeffrey Rony Polnaja yang 2 tahun lalu berangkat mengelilingi dunia menggunakan motornya? Pria asal Bandung ini tiba di Wina, Austria setelah mengarungi negara Eropa lainnya. Saat ini ia telah berhasil mengantongi 66 negara dalam penjelajahannya. Berslogan Ride for Peace, One Motorbike, One Peace, One Planet, Kang JJ, panggilan akrab Jeffrey, akan mengemban misi perdamaian dunia. Namun apakah hubungan antara mengendarai motor dengan misi perdamaian itu sendiri? "Di setiap negara yang saya kunjungi, saya mengadakan konferensi pers dan menyerukan perdamaian dunia. Dan seruan ini datang dari saya, orang biasa bukan pejabat, tentara atau siapa”, jelas Kang JJ. Menurut Kang JJ yang berusia 46 tahun ini, ide penjelajahan dunia menggunakan motor justru datang dari kedua anaknya, "Mereka nyeletuk mengapa dunia ini penuh dengan perang, padahal dunia ini cuma satu. Dan mereka mengatakan, saya harus melakukan sesuatu," kata Kang JJ. Sejak itulah Kang JJ mempersiapkan ekspedisinya ini selama 5 tahun, termasuk meninggalkan bisnis karet yang digelutinya. Hingga pada 23 April 2006 ia mengawali perjalanan panjangnya. Rencananya, Ride for Peace akan berakhir pada 2011 nanti. Lalu, bagaimana dengan keluarga? Menurut pria asal Bandung ini, ia beberapa kali bertemu dengan keluarganya di sela-sela perjalanannya. Di antaranya, saat ia di Singapura, China, dan Belanda. Buatnya, keluarga tentu khawatir, namun tidak berlebihan, karena ide ini juga datang dari istri dan 2 anaknya. "Pokoknya No news is good news lah buat keluarga," selorohnya. Dalam sisa 3 tahun ini, Kang JJ masih akan mengunjungi 44 negara lainnya, setelah seluruh negara Eropa telah rampung ia datangi. Perjalanan selama 2 tahun ini ternyata bukanlah perjalanan yang main main. Di dalam perjalanan, tak jarang Kang JJ menemui berbagai kesulitan saat harus berada di negara yang dirundung perang seperti Afghanistan dan Pakistan. “Saya mendengar bom dan deru senapan. Saya juga bertemu dengan para serdadu militer AS di sana. Dan saya hanya mengatakan saya pembawa misi perdamaian dunia," cerita Kang JJ. Sebagai pembawa misi perdamaian, Kang JJ juga mendapat fasilitas dan akomodasi dari KBRI setempat yang ia kunjungi. Lalu, apa rencananya saat kembali ke tanah air nanti? "Saya akan berbagi pengalaman dengan membuat sebuah buku. Dan dari perjalanan hingga kini saja, saya bisa yakinkan, Indonesia itu jauh lebih cantik, dan kita mempunyai semuanya," seru Kang JJ. Kamis (28/8/2008) ini, ia akan melanjutkan perjalanannya ke Bratislava, Slowakia. (sal/iy)

Sumber:
http://www.detiknews.com/read/2008/08/28/112338/996117/608/penjelajah-dunia-asal-bandung-sudah-singgahi-66-negara

Masjid Cheng Ho di Surabaya


Masjid, lebih dari sekedar tempat ibadah ritual. Fungsi itu kini semakin mengemuka. Masjid kini banyak kembali menjadi pusat kegiatan umat dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Banyak pula masjid didirikan dengan latar belakang sejarah yang menarik.

Imaji mulai edisi ini hingga empat minggu ke depan hadir dengan seri khusus masjid-masjid di Indonesia yang malam ini akan diawali oleh Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya..
Sekilas pandang bangunannya kelihatan seperti kelenteng, atau tempat Ibadah umat Kong Hu Cu, dengan dominasi merah, hijau, dan kuning. Arsitekturnya khas bangunan-bangunan klasik Cina. Pintu masuknya menyerupai pagoda lengkap dengan patung naga dan singa. Namun kalau dilihat lebih teliti lagi, akan terbaca lafaz “Allah�, dalam huruf Arab di punck pagoda. Jelas ia lambang Islam – bukan kuil penganut Tao, tetapi masjid Muslim. Yang jelas, meskipun agama Islam berasal dari Timur Tengah, namun bentuk bangunan Muslim, seperti masjid, di luar jazirah Arab, turut menyerapkan ciri-ciri budaya dan kesenian budaya para penganut tempatannya.

Willy Pangestu adalah Sekretaris Pembina Iman Tauhid Islam, Cabang Jawa Timur dan juga pengurus Masjid Muhammad Cheng Ho.

Rumah ibadah tidak terpaku pada dari mana agama itu berasal. Tapi justru rumah ibadah terpengaruh oleh budaya dari umatnya. Seperti di Indonesia pada zaman wali songo bangunan masjid itu bentuknya seperti orang-orang Jawa, bukan seperti bangunan Timur Tengah yang sekarang ini, dan di Tiongkok banyak bangunan masjid yang bentuknya itu seperti istilahnya kleteng. Kleteng itu rumah ibadah yang berarkitektur Tiongkok.

Gabungan unsur Tionghua dan Arab menjadi ciri khas masjid Muhammad Cheng Ho. Nama itu diabadikan sebagai penghormatan pada Cheng Ho, laksamana Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanan beliau ke kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, tetapi juga menyebarkan agama Islam;

Kita sudah sejak 1995 sudah membuat satu yayasan Md Cheng Ho Indonesia. Hingga waktu memberi nama, kita pakai nama yayasan tersebut. Kita ingin sampaikan kepada masyarakat Tionghua yang bukan Muslim bahwa nenek moyang kita itu juga ada yang Muslim, kerana di Indonesia, hampir semua Tionghua, tidak dekat dengan Islam. Kedua, kita sampaikan kepada masyarakat Indonesia bahwa di Tiongkok, itu banyak yang Islam, bahkan wali songo pun banyak yang Cina, cuma dari Belanda, seakan-akan orang Tionghua itu dan Islam adalah ibarat dua hal yang berlawanan.

Masjid Muhammad Cheng Ho di bangun pada tahun 2002, dan bisa menampung 200 jemaah. Meskipun dibangun dengan latar belakang kenangan sejarah, namun juga disesuaikan dengan keadaan sekarang. Misalnya kehidupan masyarakat plural di Indonesia mendorong masjid itu menyediakan tempat berkomunikasi antara kelompok yang berbeda aliran. Masjid Cheng Ho juga merupakan daya tarik bagi para pelancong.

Willy Pengestu, Sekretaris Pembina Iman Tauhid Islam, Cabang Jawa Timur dan pengurus Masjid Muhammad Cheng Ho, menekankan pentingnya unsur pluralisme di kalangan Muslim Indonesia sendiri diberikan perhatian dalam kehidupan beragama di negara itu dan itu tercermin dari misi masjid tersebut.

Masjid Cheng Ho tidak berkelompok pada salah satu golongan aja, di Indonesia ada Muhammadiyah, ada NU, kita tidak berbelah pada satu pihak saja, kita adalah Islam, Islam yang neutral, kebetulan basicnya banyak TiongHua, antara kelompok, mahupun antara ethnics, bahkan banyak dari teman, saudara, yang beda agama juga adakan atau berdiskusi di sini. Banyak dari mereka datang ngomong, tanya-tanya, ajaran Islam yang paling basic, yang tidak mengenal kekerasan, tidak mengenal radikal, Islam agama sejuk, semua orang kalau tidak kenal, tidak sayang, kalau mereka kenal, saya yakin mereka akan sayang.

Usaha memberikan penjelasan bahwa Islam bukanlah agama asing kepada masyarakat etnik Cina membantu dalam pendidikan budaya masyarakat etnik Cina di Indonesia itu sendiri. Salah satu tolok ukurnya adalah hampir setiap Jumaat, paling tidak, seorang muallaf Cina datang memeluk agama Islam di masjid tersebut.

Sumber :
http://www.eastjava.com/news/2006/09/26/seri-masjid-di-indonesia-1-masjid-muhammad-cheng-ho-surabaya/
http://video.okezone.com
http://www.youtube.com